Semakin hari Sekolah berbasis Islam Terpadu (SIT)
semakin dipercaya. Kemudian bermunculan berbagai sekolah yang menamakan dirinya
SIT. Dalam rangka standardisasi mutu pendidikan SIT, perlu dilakukan
lisensi sekolah. SIT harus
diselenggarakan dengan memperhatikan mutu. Seluruh aspek dalam penyelenggaraan
sekolah harus dibangun dengan standar mutu yang tinggi. Untuk menghadapi lisensi sekolah, SIT Banten
mengadakan pelatihan lisensi JSIT Indonesia tingkat SD,SMP, dan SMA yang
diselenggarakan pada Kamis (21/3) di SIT Al Izzah, Serang, Banten. Acara yang
menghadirkan pembicara Kepala Dept Penjaminan Mutu JSIT Indonesia, Shintawati,
dihadiri oleh ratusan guru JSIT Banten.
Standar mutu JSIT merupakan kolaborasi
standar mutu dinas (Departemen Pendidikan Nasional) yang ditambah oleh muatan
kekhasan SIT. Delapan standar bidang dinas tersebut adalah Standar Kompetensi
Lulusan (SKL), standar isi, standar proses, penilaian, pendidik dan tenaga
pendidik, sarana prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Sementara, muatan
kekhasan SIT adalah standar PAI, kerjasama, dan pembinaan siswa.
Shintawati mengatakan, dengan proses
lisensi diharapkan sekolah-sekolah
Islam Terpadu anggota JSIT Indonesia dapat menjadi lembaga pendidikan yang bermutu
sehingga dapat menjadi acuan pengembangan pendidikan Islam di Indonesia. “Keberadaan SIT tidak dapat
dilepaskan dari muatan syiar dakwah Islamiyah. SIT harus tampil dalam performa
yang mencerminkan nilai-nilai Islam yang luhur”.
Untuk mendapatkan lisensi SIT tidak susah. Juga
bukan menambah beban untuk sekolah. Karena pada dasarnya lisensi ini untuk
meningkatkan kualitas sekolah dan para guru. “Yang pada akhirnya, efek dari
lisensi ini juga berdampak positif untuk kita”.
Shintawati menegaskan bahwa terdapat delapan
standar primer dan tiga standar sekunder. Untuk mendapatkan lisensi dengan
nilai A, maka sekolah harus maksimal di delapan standar primer tersebut.
Standar sarpras, pembiayaan, dan kerja sama masuk kategori standar primer. “Di
sinilah kita tahu bahwa sarana dan prasarana bagi SIT bukan merupakan yang
utama”. Bagi SIT, tidak menjadi masalah jika sekolah memiliki keterbatasan
sarana dan prasarana.
Shintawati mengingatkan bahwa SIT mendidik
generasi muda yang memiliki modal untuk menghadapi hidupnya dengan berbagai
kemampuan. “Sekolah bukan hanya sekadar angka yang kita tuju, tapi sekolah
unutk kehidupan” ujarnya.
0 komentar:
Post a Comment